MAKAM PRABU ANGLING DARMA

Mengunjungi makam Angling Dharma yang Terletak di Desa Mlawat, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Sebelum masuk ke area pemakaman, anda akan ditunjukkan sebuah tulisan yang berisikan “Makam Prabu Angling Dharma  Raja Mlowopati Desa Mlawat, Pati Jawa Tengah. Mlawat Sukolilo, Pati“.


  

Makam prabu Angling Dharma tersebut dijaga oleh seorang juru kunci yang bernama Mbah DAR. Uniknya untuk area makam prabu Angling Dharma, sang juru kunci akan siap membuka pintu jam berapapun pengunjung datang, bahkan tengah malam sekalipun.
Menurut perbincangan dengan Mbah DAR, Prabu Angling Dharma meninggal dan jenazahnya dimakamkan di Desa Mlawat, Sukolilo, Pati. Dan dilain hal, makam Patih Batik Madrim atau Patih yang sakti mandraguna di Kerajaan Malawapati dimakamkan di Desa Kedung Winong, Sukolilo, Pati, sekitar  2 kilometer dari lokasi makam Prabu Angling Dharmo.
Beliau juga menuturkan bahwa makam Prabu Angling Dharma yang benar terletak di Pati. Sementara di wilayah Bojonegoro hanya petilasan dimana Sang Prabu pernah singgah disana saat dikutuk menjadi belibis putih oleh tiga putri cantik dan akhirnya menjadi peliharaan putri raja Bojonegoro. Prabu Angling Dharma berubah kembali menjadi manusia saat malam hari, sehingga membuat putri Raja Bojonegoro hamil.
Dari Kerajaan Bojonegoro inilah lantas Prabu Angling Dharma menikah dengan putri Bojonegoro dan memiliki anak bernama Angling Kusuma. Angling Kusuma sendiri setelah dewasa menggantikan tahta kakeknya memimpin kerajaan Bojonegoro. Sementara itu, Prabu Angling Dharma kembali ke Keraton Malawapati bersama dengan istrinya.
Berawal dari cerita ini, juru kunci Prabu Angling Dharma di Desa Mlawat, Sukolilo, Pati sepenuhnya yakin bahwa Prabu Angling Dharma dimakamkan di daerah yang sekarang ini bernama Pati. Saat ditanya oleh tim wisata sejarah Direktori Pati, juru kunci mengaku kadangkala ditemui Eyang Prabu Angling Dharma. Ia juga mengatakan bahwa arwah Patih Batik Madrim biasa berkunjung ke makam Prabu Angling Dharma.
Menurut juru kunci, makam Prabu Angling Dharma paling banyak dikunjungi orang pada hari Selasa Kliwon atau masyarakat sekitar menyebutnya Seloso Kliwonan. "Pengunjungnya banyak dari luar kota, seperti Bogor, Bandung, Jakarta, Bali, Kediri, Madura, hingga Sumatera dan Kalimatan," ujar Suroso kepada Direktori Pati.Sehubungan dengan Prabu Angling Dharma adalah umat Hindu, makamnya pun sama sekali tidak ada ornamen berbau Islam sebagaimana makam-makam tokoh Islam yang sering diziarahi. Semuanya bertuliskan aksara Jawa dan aksara latin bahasa Indonesia. Meski demikian, di bagian atas makam Prabu Angling Dharma di mana tanahnya yang lebih tinggi berdiri sebuah mushola yang dimanfaatkan untuk shalat bagi warga sekitar dan pengunjung makam.
Berkunjung ke makam Prabu Angling Dharma mengingatkan kita kepada sejarah Nusantara dari zaman ke zaman di mana salah satunya dipimpin oleh raja agung yang bijaksana, adil, dan dicintai oleh rakyatnya, yaitu Prabu Angling Dharma. Kalau tidak salah, Prabu Angling Dharma sendiri hidup pada sekitar tahun antara 1200 sampai 1300 an masehi.
Mengunjungi makam Prabu Angling Dharma juga mengingatkan kita betapa bangsa Indonesia butuh sosok pemimpin atau presiden yang adil, bijaksana, berwibawa, memimpin demi kepentingan rakyat, sekaligus pemimpin yang sakti. Dengan kesaktian tersebut, pemimpin bisa menumpas angkara murka, baik yang bersifat merusak negara maupun merusak rakyat seperti korupsi. Prabu Angling Dharma menjadi salah satu tokoh legandaris di pulau Jawa tentang pemimpin yang gagah, berwibawa, sakti mandraguna dan dicintai rakyatnya. Sakti untuk kebenaran dan kepentingan rakyatnya, bukan untuk kepentingan dirinya sendiri.


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : MAKAM PRABU ANGLING DARMA

RESULT / HASIL PENCARIAN