Kisah Syiar Islam Wali Gembyang, di Kendal, Jawa Tengah Dikenal Wali yang Mandi Ucape Wali Gembyang merupakan salah satu ulama terkenal penyebar agama Islam dan juga pendiri di Kabupaten Kendal. Oleh karena itu Wali Gembyang termasuk sosok yang dituakan di kabupaten ini. Beliau dimakamkan di Kelurahan Patukangan. Berikut laporan wartawan posmo. Selain makam Wali Joko dan Wali Hadi, di Kabupaten Kendal juga terdapat makam seorang wali yang namanya cukup tersohor dan dituakan. Makam tersebut berjarak kurang lebih 1 kilometer dari Masjid Agung Kendal. Tepatnya di Kelurahan Patukangan, Kec. Kota Kendal, Kabupaten Kendal. Untuk menuju ke makam, peziarah bisa menaiki becak yang telah tersedia di depan masjid. Setelah sampai di lokasi akan terlihat bangunan dengan ukuran sekitar 6x8 meter dengan papan nama bertuliskan “Makam Wali Gembyang”. Tidak jauh dari makam tersebut terdapat rumah penjaga makam atau juru kunci.
Peziarah disarankan meminta izin terlebih dahulu jika ingin masuk atau berziarah karena ditakutkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang sudah-sudah. Menurut penuturan Jayus Asrori selaku juru kunci, Konon Wali Gembyang merupakan sosok kiai pejuang yang memperjuangkan Kabupaten Kendal. Beliau juga merupakan seorang ulama yang memiliki kelinuwihan. Selain berjuang Wali Gembyang juga mensyiarkan ajaran Islam seperti yang dilakukan oleh para waliyullah. Nah, sebelum berjuang di Kendal, rupanya Wali Gembyang telah terlebih dahulu mensyiarkan Islam di negara Cina. Cukup lama beliau hidup di Cina. Di sana beliau dipanggil dengan nama Han Byan. Padahal nama asli Wali Gembyang adalah Hamzah. Dari nama aslinya bisa disimpulkan bahwa beliau berasal dari negara Arab yakni Hamzah. Sedangkan Gembyang merupakan nama panggilan yang semula Han Byan. Kemudian Beliau masuk ke Jawa dan sempat melakukan pertemuan dengan Sunan Kalijogo di Demak. Setelah itu Beliau diutus untuk menuju Kendal dan mengembangkan ajarannya. Sesampainya di Kendal Wali Gembyang benar-benar berjuang dan membantu mengembangkan Kabupaten Kendal dalam segala bidang. Sekitar tahun 1628 Masehi, dalam perjuangan serta syiarnya,
Wali Gembyang memiliki ribuan santri yang ikut dalam ajaran Toreqot Satariyah. Semasa hidupnya Wali Gembyang dikenal dengan sifatnya yang ramah, sederhana dan sopan. Namun dibalik itu semua beliau memiliki suatu kelinuwihan yang sungguh luar biasa. Beliau dikenal dengan kesaktiannya saat berucap sumpah dalam beradu kebenaran..Karena apa yang diucapkan oleh Wali Gembyang atau ucapan orang lain yang beradu kebenaran, maka hal itulah yang bakal benar-benar terjadi, dalam bahasa Jawa sering disebut dengan “Mandi Ucape”. Sebab dahulu pernah ada kejadian yang benar-benar membuat kaget. Ada sepasang suami istri yang sedang bertengkar datang ke makam Wali Gembyang. Sempat saya dengar mereka melakukan sumpah jika salah satu dari mereka akan menerima akibatnya jika berkata tidak benar. Tidak jauh melangkah dari makam sang suami langsung jatuh pingsan kemudian dibawa ke rumah juru kunci. Setelah dibacakan berbagai macam doa, tiba-tiba sang suami tersadar dan langsung memeluk istrinya sambil mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Sejak itulah setiap peziarah yang baru sekali datang ke makam Wali Gembyang akan diberi tahu agar tidak berbicara kotor dan mengucapkan sumpah di areal makam. Dilarang Bersumpah Sebisa mungkin bagi orang yang memiliki masalah akan berusaha ditengahi terlebih dahulu oleh Jayus Asrori, baru bisa melanjutkan ziarah. “Tidak sedikit orang yang datang ke makam Wali Gembyang untuk melakukan sumpah-sumpahan,” ungkapnya. Karena kekeramatannya inilah kemudian banyak peziarah yang berdatangan baik itu dari Kendal maupun dari luar kota Kendal. Bahkan tidak jarang ada yang menginap hingga berhari-hari dengan alasan ingin mencari karomah dari Mbah Gembyang. “Saya sering mengingatkan peziarah, jangan meminta kepada Mbah Gembyang, mintalah kepada Allah. Karena kita yang masih hidup tidak bisa meminta kepada orang yang sudah meninggal karena orang yang meninggal hanya bisa menerima doa kita yang masih hidup,” tutur lelaki yang sudah berusia 44 tahun ini.
Banyak sekali peziarah yang salah kaprah tentang hal ini. Banyak dari mereka yang meminta agar diberi keselamatan dunia dan akhirat, serta diberikan panjang umur, ditambah rezeki, dilunasi utang, bisa segera pergi haji, menjadi khusnul khotimah saat maut menjemput, dan lain sebagainya kepada Mbah Gembyang. Berkali-kali pula sang juru kunci mengingatkan agar tidak salah arah. Walau dianggap keramat, makam tetaplah makam, dan di dalamnya hanya jasad orang yang sudah meninggal. Jadi jika menginginkan sesuatu ingatlah hanya kepada Allah SWT. Mereka yang sudah meninggal hanya sebagai penyambung saja. Selain terkenal dengan kekeramatan akan ucapan, Wali Gembyang juga dikenal suka berkuda saat berjuang dan mensyiarkan agama. Hingga saat ini tidak jarang para peziarah yang kerap mendengar derap langkah kuda di sekitar makam. Padahal di Kelurahan Patukangan tidak ada satu pun penduduk yang memiliki kuda.
Peziarah disarankan meminta izin terlebih dahulu jika ingin masuk atau berziarah karena ditakutkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang sudah-sudah. Menurut penuturan Jayus Asrori selaku juru kunci, Konon Wali Gembyang merupakan sosok kiai pejuang yang memperjuangkan Kabupaten Kendal. Beliau juga merupakan seorang ulama yang memiliki kelinuwihan. Selain berjuang Wali Gembyang juga mensyiarkan ajaran Islam seperti yang dilakukan oleh para waliyullah. Nah, sebelum berjuang di Kendal, rupanya Wali Gembyang telah terlebih dahulu mensyiarkan Islam di negara Cina. Cukup lama beliau hidup di Cina. Di sana beliau dipanggil dengan nama Han Byan. Padahal nama asli Wali Gembyang adalah Hamzah. Dari nama aslinya bisa disimpulkan bahwa beliau berasal dari negara Arab yakni Hamzah. Sedangkan Gembyang merupakan nama panggilan yang semula Han Byan. Kemudian Beliau masuk ke Jawa dan sempat melakukan pertemuan dengan Sunan Kalijogo di Demak. Setelah itu Beliau diutus untuk menuju Kendal dan mengembangkan ajarannya. Sesampainya di Kendal Wali Gembyang benar-benar berjuang dan membantu mengembangkan Kabupaten Kendal dalam segala bidang. Sekitar tahun 1628 Masehi, dalam perjuangan serta syiarnya,
Wali Gembyang memiliki ribuan santri yang ikut dalam ajaran Toreqot Satariyah. Semasa hidupnya Wali Gembyang dikenal dengan sifatnya yang ramah, sederhana dan sopan. Namun dibalik itu semua beliau memiliki suatu kelinuwihan yang sungguh luar biasa. Beliau dikenal dengan kesaktiannya saat berucap sumpah dalam beradu kebenaran..Karena apa yang diucapkan oleh Wali Gembyang atau ucapan orang lain yang beradu kebenaran, maka hal itulah yang bakal benar-benar terjadi, dalam bahasa Jawa sering disebut dengan “Mandi Ucape”. Sebab dahulu pernah ada kejadian yang benar-benar membuat kaget. Ada sepasang suami istri yang sedang bertengkar datang ke makam Wali Gembyang. Sempat saya dengar mereka melakukan sumpah jika salah satu dari mereka akan menerima akibatnya jika berkata tidak benar. Tidak jauh melangkah dari makam sang suami langsung jatuh pingsan kemudian dibawa ke rumah juru kunci. Setelah dibacakan berbagai macam doa, tiba-tiba sang suami tersadar dan langsung memeluk istrinya sambil mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Sejak itulah setiap peziarah yang baru sekali datang ke makam Wali Gembyang akan diberi tahu agar tidak berbicara kotor dan mengucapkan sumpah di areal makam. Dilarang Bersumpah Sebisa mungkin bagi orang yang memiliki masalah akan berusaha ditengahi terlebih dahulu oleh Jayus Asrori, baru bisa melanjutkan ziarah. “Tidak sedikit orang yang datang ke makam Wali Gembyang untuk melakukan sumpah-sumpahan,” ungkapnya. Karena kekeramatannya inilah kemudian banyak peziarah yang berdatangan baik itu dari Kendal maupun dari luar kota Kendal. Bahkan tidak jarang ada yang menginap hingga berhari-hari dengan alasan ingin mencari karomah dari Mbah Gembyang. “Saya sering mengingatkan peziarah, jangan meminta kepada Mbah Gembyang, mintalah kepada Allah. Karena kita yang masih hidup tidak bisa meminta kepada orang yang sudah meninggal karena orang yang meninggal hanya bisa menerima doa kita yang masih hidup,” tutur lelaki yang sudah berusia 44 tahun ini.
Banyak sekali peziarah yang salah kaprah tentang hal ini. Banyak dari mereka yang meminta agar diberi keselamatan dunia dan akhirat, serta diberikan panjang umur, ditambah rezeki, dilunasi utang, bisa segera pergi haji, menjadi khusnul khotimah saat maut menjemput, dan lain sebagainya kepada Mbah Gembyang. Berkali-kali pula sang juru kunci mengingatkan agar tidak salah arah. Walau dianggap keramat, makam tetaplah makam, dan di dalamnya hanya jasad orang yang sudah meninggal. Jadi jika menginginkan sesuatu ingatlah hanya kepada Allah SWT. Mereka yang sudah meninggal hanya sebagai penyambung saja. Selain terkenal dengan kekeramatan akan ucapan, Wali Gembyang juga dikenal suka berkuda saat berjuang dan mensyiarkan agama. Hingga saat ini tidak jarang para peziarah yang kerap mendengar derap langkah kuda di sekitar makam. Padahal di Kelurahan Patukangan tidak ada satu pun penduduk yang memiliki kuda.